Adik (Naruto FanFiction)
"HUAAA! AKU TIDAK MAU PUNYA ADIIIK!"/Itachi bisa membayangkan betapa sengsaranya ia jika punya adik. Nah, bagaimana jika ia betulan punya adik? Apakah nasibnya akan berubah? Apakah ia mengubah pandangannya? Suatu kejadian menegangkan akan menjawabnya! - warnngs: chibi-Itachi, chibi-Sasuke, semi-OOC, slight-ItaHana, AU!
Rated: K - Indonesian - Family - Itachi U. - Words: 1,778 - Status: Complete - id: 9445590
Adik
Naruto © Masashi Kishimoto
Mirai e © Kiroro
.
Di wilayah keluarga Uchiha di Desa Konoha,
hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak. Sang
ayah bernama Fugaku Uchiha, sang ibu bernama Mikoto Uchiha, dan sang anak
bernama Itachi Uchiha.
Sebagai anak sematawayang, Itachi selalu
disayang kedua orangtuanya dengan sepenuh hati. Terlebih lagi, karena ia pintar
dan selalu mendapat nilai sempurna di sekolahnya.
Karena itu, ia tidak mau tersaingi di dalam
keluarganya; Itachi tidak mau punya adik! Entahlah, jika adiknya nanti lebih
pintar darinya atau saat pasca-kelahiran, rasa sayang orangtuanya pasti lebih
mengarah ke adiknya.
Suatu hari, ia membayangkan jika ia punya adik
bayi yang baru lahir beberapa bulan. Itachi ingin menunjukkan nilai
ujiannya—yang pastinya sempurna—pada ayahnya. Biasanya, ayahnya akan memujinya
sampai beberapa kalimat. Namun... Suara tangisan adik! Ah. Pujian ayahnya untuk
Itachi terpotong karena harus membantu ibu mendiamkan adiknya!
"HUAAA! AKU TIDAK MAU PUNYA ADIIIK!"
jerit Itachi tiba-tiba saat ia menonton televisi bersama ayah dan ibunya.
"Eh? Kenapa, Itachi?" sahut Mikoto
terkejut.
"Ya, Itachi. Di perut ibumu sudah ada
adik, lho," sambung Fugaku.
Itachi menoleh ke arah ayah dan ibunya dengan
pucat. 'A-APAAA?' teriaknya dalam hati.
"Tiga bulan lagi lahir," Mikoto
mengusap-usap perutnya sambil tersenyum.
'Ti-tiga bulan lagi? TIDAAAK!' Itachi meraung di dalam
hati dan...
Bruk!
Itachi pingsan di tempat.
Keluarga Uchiha memang pintar. Anak berusia enam
tahun seperti Itachi saja sudah mengerti kecemburuan. Bagaimana besarnya nanti?
.
-Di kamar-
Perlahan-lahan, Itachi mengerjap-ngerjapkan
matanya. Akhirnya, ia sadar seratus persen. Dengan kepala yang masih sedikit
pusing, ia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk dan bersandar pada kepala
tempat tidur.
"Tiga bulan lagi..." keluhnya pelan.
Klek!
"Itachi? Sudah bangun?" tanya Fugaku
yang mengintip dari pintu.
Itachi hanya mengangguk lesu.
Ayahnya melangkah masuk ke dalam dan
menyodorkan segelas air putih. "Ini. Minum dulu."
Itachi meneguk minumannya.
"Mana ibu? Siapa yang mengangkatku ke
kamar? Tadi, 'kan, aku sedang menonton..." tanya Itachi bertubi-tubi. Wow!
Pertanyaan ke-2 yang keren!
"Ibu masih menonton. Dia tidak boleh
banyak bergerak dulu untuk menjaga adikmu," Fugaku menjawab pertanyaan
pertama.
'Uh... Belum lahir saja sudah begini...' pikir Itachi semakin
pasrah.
"Yang mengangkatmu ke kamar adalah
ayah," Fugaku menjawab pertanyaan ke-2 dari Itachi.
"Oh..." jawab Itachi singkat. Masih
tertunduk.
"Ya sudah, ayah pergi dulu, ya,"
pamit Fugaku. "Kalau sudah susun buku, tidurlah. Besok harus
sekolah."
"Iya, ayah." Itachi kembali
merebahkan tubuhnya ketika ayahnya sudah pergi ke luar. 'Kenapa harus
terjadi seperti ini...? Huh!' Itachi marah-marah sendiri sambil berusaha
memejamkan matanya agar bisa tidur. 'Tapi, yang terpenting, aku harus tetap
mempertahankan sekolahku!' tekadnya. 'Aku tidak mau dikalahkan hanya
karena adik kecil!'
.
-Tiga tahun kemudian-
"Itachi, kamu pergi ke sekolah jalan kaki
sendiri saja, ya," suruh Mikoto. "Ayah harus berangkat pagi-pagi
setiap hari, sedangkan ibu harus menjaga Sasuke."
"Iya, ibu." jawab Itachi singkat.
"Kenapa ibu harus berkata seperti itu setiap hari? Padahal, kalian tidak
pernah janji untuk mengantarku." Satu lagi pertanyaan jenius dari seorang
siswa kelas 3 SD!
"... Kami pikir, kamu seperti anak yang
lainnya," ungkap Mikoto. "Tapi, ternyata, sudah punya pikiran untuk
bertanya seperti itu," sambungnya, agak kagum.
"Ya sudah, aku berangkat dulu."
Itachi pamit dan berjalan ke luar.
Sambil berjalan, Itachi kembali mengeluh.
Sepulang sekolah, ia harus mengurus ini-itu adiknya, karena ibunya juga sudah
mulai bekerja juga bersama ayahnya. Karena ia seorang Itachi yang pintar, hari
pertama menerima tugas sudah ia laksanakan dengan baik menggunakan ingatannya
yang sangat jitu.
Tetapi, lama-kelamaan, Itachi semakin tidak
ikhlas menjaga adiknya setiap pulang sekolah; Seharusnya, Itachi yang makan
duluan, sekarang harus Sasuke—walaupun ibunya sudah menyiapkan makanan. Itachi
tinggal menyuapinya; Seharusnya Itachi langsung mengerjakan pekerjaan rumah
(PR), sekarang harus menidurkan Sasuke dulu; Baru kemudian, ITACHI MAKAN SIANG!
"Pagi, Itachi!" sapa teman perempuan
dekat Itachi. Cieee...
"Pagi juga, Hana." balas Itachi
datar. Lamunannya buyar, tetapi, tanpa ekspresi terkejut.
"Kenapa lesu seperti itu?" tanya Hana
penasaran.
"Menjaga adik merepotkan." curhatnya to-the-point.
"Oh... Sasuke, ya..." Hana
manggut-manggut.
"..."
"Aku malah senang menjaga Kiba!"
pamer Hana.
"Kau punya ibu yang jadi dokter anjing di
rumahmu. Sedangkan ibuku harus bekerja di luar rumah." Itachi curhat lagi.
"Dan lagi..."
"Ayah dan ibumu lebih sayang sama
Sasuke?" tebak Hana.
Itachi mengangguk cepat.
"Yaaah... Itu hanya sementara, kok,"
Hana menenangkan. "Kalau Sasuke sudah besar sedikit, pasti, ayah dan ibumu
juga sayangnya sama kalian berdua, kok. Sasuke, 'kan, umurnya masih tiga tahun.
Jadi, perhatian kepadanya harus dilebihkan sedikit." jelas Hana.
"Begitu, ya?" Itachi menyimak kalimat
Hana dengan sangat baik. Pikirannya sudah mulai sedikit terbuka.
Begitulah. Setiap hari kalau Itachi mengeluh
lelah menjaga Sasuke, ia menenangkan hatinya dengan mengingat kata-kata Hana
yang sangat berarti baginya itu. Kalimat itulah yang menguatkannya untuk selalu
sabar menghadapi Sasuke yang terkadang rewel.
.
Pada suatu siang sepulang Itachi dari
sekolah...
"Aku pulang." sambut Itachi dari
pintu.
"Oh. Itachi pulang!" seru Mikoto
tiba-tiba. "Itachi, maaf, ibu harus buru-buru karena ada pekerjaan
tambahan! Sudah, ya!" Ia berlari-lari ke luar.
Bruk!
Itachi menjatuhkan tasnya di kursi ruang
keluarga. Ia bersiap-siap menghadapi adiknya yang sudah bisa berjalan itu. Ia
menggendong adiknya yang sedang bermain di kursi ruang keluarga (juga) menuju
dapur.
"Ma-makanan Sasuke mana! ?" Itachi
tersentak kaget.
Ia segera mengambil kain untuk mengikat adiknya
di gendongannya. Itachi pun menyiapkan bubur bubuk dari dalam kulkas dan
menuangkannya ke dalam mangkok, lalu disiram dengan sedikit air panas dan
mengaduknya. Itachi selalu ingat semua perintah-perintah penting dari ibunya,
termasuk cara menyiapkan makanan untuk Sasuke jika ibunya belum menyiapkannya.
Selesai memberi makan, Itachi langsung mencuci
mangkok kecil beserta sendoknya dengan Sasuke tetap di gendongannya. Saat
menaruh dua barang itu di rak, Itachi merasakan sesuatu yang
lembap—semi-basah—di bajunya dengan iringan suara tangisan Sasuke.
"HUAAA! Baru pertama kali seperti
ini!" teriak Itachi panik. "Sudah umur tiga tahun masih ngompol?"
protes Itachi kemudian melepas Sasuke dari gendongannya.
Itachi mengingat kata-kata Hana tentang cara
mengatasi adik yang ngompol.
"Aku pernah melihat ibuku mengurus Kiba
yang ngompol. Tapi, susah diingat. Kalau versiku, memang sedikit seperti ibu,
yaitu: letakkan adik di lantai atau di tempat tidur yang sudah dialasi
sebuah kain, perlahan-lahan buka celananya, lalu popoknya. Terkadang, agak
jijik memegang popoknya, 'kan? Kalau iya, ambil saja popok yang baru terlebih
dahulu. Pembungkus plastiknya itu saja gunakan untuk memegang popok bekas
supaya tidak terlalu jijik. Jadi, bisa menghemat waktu dengan sama-sama
membuang popok bekas dan plastik popok baru!"
"Fiuh! Selesai..." lega Itachi sambil
menyeka keringatnya. Sasuke-nya juga sudah berhenti menangis tepat saat
celananya dibuka.
Itachi menggendong Sasuke ke kamar dan
mengambil kain baru untuk mengikat Sasuke. Ia tidak lupa menaruh kain gendongan
sebelumnya ke kamar mandi.
Selanjutnya, seperti biasa, Sasuke dibawa ke
kamar ibunya untuk ditidurkan. Itachi merasa tenaganya terkuras lebih banyak
daripada kemarin-kemarin.
Hari ini, untuk pertama kalinya ia mengurus
Sasuke yang ngompol. Untung saja, Hana baik sekali padanya mau memberitahu
beberapa kiat-kiat mengurus adik kecil seperti Sasuke—dan adik Hana yang
bernama Kiba itu hanya berbeda 16 hari dengan Sasuke. Jadi, kebutuhannya hampir
sama.
Sesampainya di tempat tidur, Itachi merebahkan
Sasuke yang matanya masih segar. Itachi berinisiatif dengan me-nina bobo-kannya
memakai lagu "Mirai e" milik Kiroro. Padahal, itu bukan lagu tidur!
Mungkin, karena nadanya yang slow kali, ya? Bisa bikin Sasuke terhanyut
dan tertidur dengan lelap.
Perlahan-lahan, Itachi juga ikut berbaring di
samping Sasuke sambil terus bernyanyi. Tanpa sadar, ia juga menyusul adiknya
menutup mata untuk tidur. Ia terlalu lelah karena baru pertama kali melakukan
yang tidak disuruh ibunya.
.
Itachi terbangun tanpa ada Sasuke di
sampingnya. Setengah sadar, ia mengucek-ucek matanya yang masih susah dibuka
karena baru bangun dari tidur.
"Sasuke... Mana...?" Itachi bangkit
dan turun dari tempat tidur dan berjalan ke luar kamar. 'Mungkin sudah sama
ibu, ya...' pikirnya.
"KAKAAAK!"
"S-SASUKE?" Itachi mendengar suara
teriakan Sasuke.
"KAKAAAK! AKU JATUUUH!" teriaknya
lagi.
"Suaranya... Sepertinya dari luar..."
Itachi berpikir terus sambil keluar dan mencari asal suara Sasuke.
"KAKAAAK!" teriakan Sasuke semakin
jelas.
TAP!
"SASUKE!" Itachi melihat dari gerbang
rumahnya; Sasuke masuk ke dalam got yang dalamnya hanya sekitar 20 sentimeter.
Kepala dan tangan Sasuke dapat terlihat jelas
oleh Itachi. Sayang, got itu ada di seberang rumahnya. Itachi harus berjalan
sejauh lima meter terlebih dahulu. 'Hah... Mengapa Sasuke bisa berjalan
sejauh ini?' keluh Itachi sambil berjalan lebih cepat karena panik.
"Kakaaak! Horeee!" Sasuke
tertawa-tawa senang karena Itachi datang menyelamatkannya.
Tiba-tiba, cinta datang kepadaku~ Saat kumulai
mencari cinta~ Eh, salah.
Tiba-tiba, saat jarak antara Itachi dan Sasuke
tinggal satu meter lagi, seekor elang raksasa—yang porsi tubuhnya sangat besar
dibanding Itachi dan Sasuke—terbang turun mendekati Sasuke.
"ELANG! S-SASUKEEE!" Itachi berteriak
kencang dan sontak berlari menuju Sasuke.
Namun, saat ia hampir menggenggam tangan
Sasuke, elang itu sudah mengangkat Sasuke dengan kedua cakar kakinya yang super
besar itu. Itachi tak kuasa menahan penyesalannya. Ia hanya bisa berteriak
menatap kepergian Sasuke yang akan dibawa oleh elang itu ntah kemana.
"Sasukeee..." Itachi menatap ke
langit yang kosong dengan mata yang berkaca-kaca.
Lalu, ia melihat lagi sebuah elang besar yang
hendak turun menangkapnya.
'Lari!' bisik Itachi seraya mengambil seribu langkah
menuju rumahnya.
"Hah... Hah..." Itachi langsung
mengunci pintunya dan mengatur napas. "Hiks... Sasuke... Hiks..." Ia
terduduk lemas dan menangis penuh penyesalan karena lalai menjaga Sasuke.
"Sasuke... Maaf... Hiks... SASUKEEE!"
"Itachi?" Mikoto memanggil Itachi
dari pintu kamar tidurnya.
"!" Itachi membuka matanya
lebar-lebar (tapi bukan melotot). "Sasuke? Sasuke mana?" Ia bangkit
dari tempat tidur dengan ekspresi panik.
"Sasuke lagi main sama ayah di ruang
keluarga," jawab Mikoto sedikit bingung.
"Ja-jadi... Sasuke... Elang..."
Itachi berusaha menceritakan kejadian Sasuke—yang ternyata mimpi—barusan dengan
tiga kata.
"Elang?" Mikoto semakin bingung.
"I-iya, ibu!" Itachi menarik napas,
berusaha merangkai kalimat. "Ta-tadi... Sasuke... Dibawa pergi sama elang
raksasa itu..." Akhirnya, ia berhasil.
"Hah? Dibawa elang?" Mikoto tambah
heran dan mengernyitkan dahi.
"Iya... Aku minta maaf karena ikut tidur
waktu menidurkan Sasuke... Aku janji akan menjaga Sasuke tanpa kelalaian
sedikitpun... Andai dia masih ada..." tekad Itachi sambil menitikkan air
mata. "Sasuke tidak mungkin bersama ayah!" tolaknya mentah-mentah.
"Yakin sama janjinya?" Mikoto
bertanya untuk memastikan.
Itachi mengangguk mantap sambil menatap ibunya
penuh harap.
"Ayo, ikut ibu." Mikoto menggandeng
tangan Itachi dan membawanya keluar dari kamar dan menunjukkan Sasuke yang
betul-betul sedang bermain dengan Fugaku.
"S-Sasukeee!" teriak Itachi sambil
berlari memeluk Sasuke.
"Kenapa Itachi?" tanya Fugaku melihat
tingkah laku Itachi yang tidak biasa.
"Itachi mimpi buruk; Sasuke dibawa elang
raksasa," jelas Mikoto singkat.
"Oh. Hahaha," Fugaku tertawa ringan.
"Katanya, tidak mau punya adik..."
goda Mikoto.
"Itu, 'kan, tiga tahun yang lalu. Sekarang
Sasuke sudah lahir dan harus dijaga," balas Itachi.
"Hahaha..." Mereka tertawa bersama.
-Owari-
YEEEI! XD
Niatnya cuma mau bikin cerpen kayak di Bobo;
dengan kata-kata yang sederhana namun mudah dimengerti. Nyatanya? Yang jadi
malah kata-kata sederhana diselip sama kata-kata (sok) profesional... =w='
Ditambah juga nggak ada Bahasa Jepang! DX Minimal di fic saya itu ada kata-kata
Jepang LIMA! -halah-
Fic rated K dengan kalimat rated M+ =A=a
-maksudnya susah dimengerti-
Cieee, slight ItaHana XDD
Lagu Mirai e apaan deh, pernah diputer di pesta
pernikahan di dekat rumah saya :3
Cara ganti popoknya apaan ya, 'kan? Saya bikin
sendiri menurut pandangan saya, kalo mau cara asli dan lebih berbobot mending
minta sama mama atau dokter anak o.ob
RnR ya! XD -duagh-
Comments
Post a Comment