Posts

Showing posts from 2016

Bersandar

Image
Pixabay.com/Hans Aku mau bersandar... Karena aku lelah, karena pondasiku nggak kuat lagi, karena aku udah mau tumbang. Selama ini, aku selalu jadi tempat sandaran mereka. Padahal aku cewek. Tapi karena mereka lingkaranku, aku rela jadi sandaran mereka, dua cewek dan tujuh cowok. Malahan, aku menjadikan diriku sebagai tempat sandaran mereka. Aku memang nggak bilang ke mereka supaya bersandar ke aku. Tapi alaminya mereka malah sering melakukan itu. Entah kenapa aku senang. Aku senang mereka berlari ke aku saat mereka 'guncang'. Aku senang bisa menjadi naungan mereka, aku bahagia kalau perbuatanku membuat mereka senang. Hatiku tenang setiap melihat senyum mereka. Beban yang terbuang karena bantuanku... apalagi, aku berusaha tahan untuk nggak meminta balasan budi, materi, ataupun keringat dari mereka. Cuma bisa berharap pun udah keren. Dan aku berusaha untuk tidak minta tolong ke mereka, tapi gagal... hehehe. Masalah waktu menjadi penyebabnya. Aku berat kalau minta tolon...

Senyap yang Tak Biasa

Image
Pixabay.com/Free-Photos Di saat seperti ini, komunikasi adalah hal yang selalu kaurindukan. Kau perempuan. Di antara sepuluh orang-orang itu, ada tiga perempuan, dan sisanya lawan jenis. Setiap setahun kurang dua bulan atau lebih, setengah harinya kauhabiskan bersama mereka. Entah kenapa, penyemangat pertama bagimu adalah mereka. Yang memaksamu bangun pagi dan TERPAKSA berangkat ke tempat ‘itu’ adalah mereka. Dan beginilah sekarang. Hampa dan senyap di kediamanmu. Di hari ‘berpisah sementara’ pun pasalnya telah galau; Mengingat keterikatan itu tak lama lagi akan lepas… Terlepas oleh waktu. Mau tak mau, ‘kan? Kesenyapan ini… berbeda dengan yang lain. Dua perempuan aktif di manapun. Yang seorang lagi aktif tapi malas memunculkan batang hidungnya. Bocah-bocah labil dan tengil itu? Fuh, jangan ditanya. Seorang aktif, seorang lagi aktif terpaksa—entah apa maksudnya. Tiga orang tak punya media, sisanya merespon tanpa kata jika hanya mendapat notifikasi saja. Huh, laki-laki...

Terikat oleh Paksa

Image
Pixabay.com/Free-Photos Kebersamaan mereka nyaris tak berujung Tapi, entahlah Apakah kebersamaan itu tulus atau tidak Bisa saja terjadi karena sebuah janji Bisa juga oleh kesepakatan spontan sebuah kelompok bernama Tak terlalu indah Hanya pamer tampang dan nama semata Mengabaikan karakter untuk jadi panutan Demi dikenal semata Melupakan pikiran rasional dan logika beberapa orang “Bersama gak harus sama,” kata iklan televisi Hm, berarti, “Sama gak harus bersama”, bukan? Cukup masuk akal Keterikatan bukanlah tercipta karena fisik, tapi apa yang menjadi penyusun di dalamnya Bukankah penyusun itu yang membuat fisiknya dipuji-puji banyak khalayak? Percuma fisik indah tapi penyusun buruk Semua keindahannya hanya tampak sekilas mata Yang menciptakanlah yang tahu bagaimana penyusunnya Juga yang menyaksikan ‘pembuatan’ penyusunnya Sekedar bagus, tapi tak bermakna Biasanya terjadi karena keadaan terpaksa, waktu yang sempit, biaya yang tak memenuhi Seperti itu ikatan m...

Andai 'Ku Bisa

Image
Pixabay.com/tortugadatacorp Kala semua bangkit dari posisi semula Berhamburan mencari jalan keluar lewat pintu Aku pun turut serta Datang ke tempat biasa, wilayah khusus kita Duduk sejenak, bersenda gurau Cuaca terik, membuat malas berpindah Hari-hari terakhir sekolah, lapangan cepat sepinya Suara tawa dan canda tak bertahan lama Satu dari kalian mengajukan sesuatu Awalnya hanya beberapa, lainnya mengaku lelah Selagi mereka pergi, aku tinggal dengan sisanya ‘Kusinggung mengapa tak gabung Masih disambut dengan jawaban serupa Ada satu di sana yang masih berurusan Tapi karena tinggal dirimu, maka kau pun memutuskan ikut mereka Fuh, tak ingin sendiri, aku ikut beranjak Telah berkumpul di sana Mereka yang telah mulai beberapa waktu lalu Mereka yang baru tak basa-basi bergabung Oke, semuanya sudah pas Berlarian, mengejar benda bulat itu Mengerahkan segenap kemampuan saat berada di genggamannya Ataupun berusaha melewati lubang demi skor ...

Mental Sekeras Baja

Image
Pixabay.com/Olichel Bagaimana rasanya tinggal serumah dengan seorang berpenyakit jiwa? Menakutkan? Atau malah menantang? Melatih mental? ...Bagaimana jika orang itu adalah pamanmu—kakak laki-laki dari ayahmu—sendiri? Umurnya sudah 60an tahun. Dia adalah orang yang berpenyakitan sejak kecil. Dia tak punya istri dan saudara-saudara ayahmu yang lain tak mau merawatnya. Maka, dia menjadi anggota keluargamu di rumah yang sama. Kau telah hidup bersamanya sejak lahir. Masa kecil sampai setahun sebelum sweet seventeen . Dia di'titip'kan ke ayah dan ibumu, sebab saudara ayahmu yang lain—yang lebih mapan—beralasan tak sempat mengurusnya. Mereka bilang, anak-anak orangtuamu masih kecil, maka yang terjadi adalah seperti itu. Apakah masih tetap menakutkan? Kasihan? Merasa dirimu terkutuk? Atau malah membencinya? ...Bagaimana jika penyakitnya itu kambuh? Memang seperti penyakit bawaan lain, sewaktu-waktu dia akan kambuh. Di saat kambuh, dia akan mengamuk, bert...

Jedai untuk Naruto (Naruto Fanfiction)

Ini, 'kan, hari ulang tahun Hinata. Kenapa judulnya 'untuk Naruto? - Berawal dari jedai, berakhir dengan forehead-kiss. Aww, manis sekali hadiah ulang tahun dari Naruto untuk Hinata kali ini./Yeyey, birthday fic untuk Hime-chan! Rated: K+ - Indonesian - Romance - Naruto U., Hinata H. - Words: 1,534 - Status: Complete - id: 11693780 DISCLAIMER | Naruto (C) Masashi Kishimoto ... Jedai untuk Naruto Jedai? Jepit badai? Jepit rambut dengan model serupa yang sering dipakai kaum hawa belakangan ini? Sebenarnya semua jepit rambut sama saja. Tapi, yang bentuknya agak gendut dan tidak memanjang itu sedang populer di kalangan cewek. Hinata ingin memberikannya pada Naruto, seorang cowok anak basket yang disukainya sejak lama.