Merindumu

Pixabay.com/Designer-Obst

Ehm… Cuma mau bilang kalo aku kangen.

Kangen dekat kayak dulu, akrab kayak dulu.

Tapi apa boleh buat, kita dipisah sama satu tembok, tapi dampaknya terlalu besar.

Kedekatan terakhir: minta tolong diberi sesuatu yang muncul per minggu.

Sebagai ‘kakak’-mu, pelan-pelan aku menghentikan kebiasaan itu, karena kupikir itu namanya “nggak tahu diri”. Lagipula, di ‘lingkungan’-ku sudah ada yang bisa kumintai tolong, jadi kau nggak perlu repot-repot lagi.

Tapi nggak kusangka, karena hal itu, kita jadi merenggang… Aku nggak masalah, sih, kau jadi harus lebih akrab sama mereka yang satu lingkungan denganmu. Itu wajib, ‘kan?

(Untuk yang ke tiga kalinya,) Tapi, sosokmu jadi jarang terlihat olehku. Sekali lihat malah jalan berdua sama seorang lawan jenismu. Pas pulang dan jalan ke simpang.

Duh, aku jadi nge-flashback waktu kelas sepuluh dan sebelas awal…

Apa dia jadi ‘kakak’ barumu? Atau… teman spesialmu?

Iya, iya, aku tahu dia sudah punya. Nggak menutup kemungkinan juga kalau ‘adik’-ku ini sudah mulai membuka hatinya untuk menganggap seseorang lebih dari seorang teman, yang khusus ditempatkan di hatinya?

Ya! Ya! Perasaan khusus terhadap lawan jenis itu! Haha.

Fiuh, sekali lagi, aku nggak masalah dengan itu. Semua orang punya hak.

Masalah kangen ini… Kenapa begitu cepat?

Apa karena les tambahan? Atau karena THEM?

Mau bilang kangen, mulut nggak sanggup berucap.

Mau bilang nggak kangen, tapi dirimu terlalu otouto-able, seakan ada aura yang berteriak minta dilindungi dari dalam tubuhmu kepadaku.

Bukan ge-er. Aku, ‘kan, bilang ‘seakan’.

… Jadi, kapan kita bisa ngomong lagi?

04.01.2017

Comments

POPULAR POSTS

About Me!

Space Journey~