Benci dan Kuat

Pixabay.com/Fifaliana

Kenapa ada orang yang membenci secara frontal?

Kenapa ada orang yang dibenci secara frontal?

Setidaknya, jaga perasaan itu lebih baik.

Mungkin bisa dibilang juga munafik, tapi setidaknya, bisakah nggak membuat seseorang itu tertekan?

Atau, memang yang dibenci itu lemah?

Atau, memang saya yang kuat?

Begini-begini, saya nggak ada yang benci, lho—Ralat, maksudnya, mereka yang membenci saya nggak memperlihatkan perasaannya.

Hello, haha, orang berdosa seperti saya pasti ada yang benci, lah. Itu pasti, ‘kan? Bahkan, saya bisa tebak, dan SANGAT YAKIN dengan orang yang saya perkirakan ini.

Erm, nggak perlu bahas orangnya, tapi bahas objek yang dibenci.

Apa alasan mereka sampai begitu memperlihatkan diri untuk membenci?

Takut tersaingi? Cih. Kalau mau bersaing, kenapa nggak menunjukkan kemampuan, tapi malah menjatuhkan lawan secara langsung?

Kalau gitu namanya gulat, ‘kan? Bukan persaingan. Bedakan persaingan dan pertarungan.

Dan lagi, kenapa objek itu bisa sangat lemah sehingga sangat mudah ‘terjatuh’? Ah, bukan, sangat mudah ‘merasa sakit’?

Bukankah dia harusnya bisa menyerah dan mengambil jalan lain—lebih tepatnya, membuat jalan sendiri, yang dikuasai sendiri.

Atau, dia terlalu makhluk sosial, sehingga lemah dan masih bergantung pada orang lain, dan taruhannya adalah ‘gulat’?

Dari situ kelihatan kenapa saya bisa menekan supaya orang-orang yang membenci saya nggak mengungkapkan isi hatinya, bahkan masih tergantung pada saya? Ehem, karena saya kuat, ‘kan?

Itu kuncinya. Kau harus lebih kuat, atau setidaknya berkeinginan dan berusaha untuk menjadi yang terkuat.

Orang-orang akan bergantung padamu—mau tak mau—dan kau nggak perlu BERHARAP BALASAN, karena kau yang TERKUAT.

Oh, jangan tanya kenapa kau nggak bisa menjadi yang terkuat: HATI YANG BESAR.

Sudah berbesar hati tapi tidak kuat juga? Berarti, kau nggak cukup kuat untuk membesarkan hatimu: TULUS DAN IKHLASLAH!

03.01.2017

Comments

POPULAR POSTS

About Me!

Space Journey~