Terkejoed (Kansai Jr. Fanfiction)
SUMMARY Momen-momen terkejut di hari
terakhir inagurasi Kansai Junior angkatan 2015 ke bawah. Ryo Tsujimoto terpilih
secara acak untuk membacakan surat kepada admired
senpai-nya./“Sebenarnya ingin dia ada, Nishihata-kun.”/“REN! REN!
KEBAKARAN!”/Mereka kedatangan senior yang tidak terlalu kelihatan selama dua
hari ke belakang./“CIEEEE~!”/Apa yang terjadi selanjutnya?
A/N: ABAIKAN MAIJANI OKE? INI AU DAN AT
(sebelum King debut), HEHE.
CAST: Ryo Tsujimoto, Ren Nagase, Kouji
Mukai, Daigo Nishihata; Minors: Ryuusei
Onishi, Sho Hirano, Toma Kaneuchi, Kyohei Takahashi, Shunsuke Michieda
Rated: K+
Genre: Friendship/Comedy?
Disclaimer Kansai Junior(s) belong to
Johnny-san!
. . .
Terkejoed
Koyuki Uzumaki © 14.04.2018 (lol)
Sekitar lima belas meter di sebelah barat aula, tertidurlah dengan posisi duduk seorang
panitia senior, Ren. Ia dijepret beberapa kali oleh anggota dokumentasi. Sofa
merah di teras salah satu homestay tersebut
tidak hanya diduduki oleh putra Nagase itu. Di sampingnya juga terlelap dengan
mulut menganga ke atas, Sho Hirano. Untungnya, posisi Ren menyamping. Jadi,
hanya sedikit wajahnya tertangkap kamera.
Oh,
iya. Hari ini hari terakhir inagurasi junior. Acaranya diadakan selama tiga
hari dua malam di sebuah kompleks villa dekat pegunungan. Udara pagi yang
dingin membuat panitia yang berjaga sampai larut tak rela bangkit dari tidur.
Ren dan Sho ialah dua di antaranya yang melakukan patroli di kelamnya malam…
Kouji—si
tukang foto-foto tadi—berpindah ke tempat lain, di samping aula. Ia mengintip
dari jendela. Ada seorang junior dipanggil ke depan dan memegang kertas kecil.
“Oh, baca surat, ya.” gumamnya, sembari duduk di sofa teras aula tersebut.
Suara
tepuk tangan terdengar. Karena memang sesi membaca surat, Daigo, sang MC,
terlihat memilih-milih bundelan kertas dari junior mereka—mencari ‘korban’ ke
dua, setelah yang disaksikan Kouji sebelumnya sudah kembali ke posisi duduknya.
“Wah, sepertinya ini agak menarik,” ucapnya, seusai membaca kilat tulisan pada
sehelai yang terpilih. “Tsujimoto-kun, Ryo Tsujimoto!”
Yang
dipanggil terbelalak dan mendadak pucat. Lantaran punya rasa takut akan
dipanggil—karena bahasa suratnya agak… sok? Di sisi lain, ada rasa bahagia
juga, ia akan bisa langsung menyampaikan perasaannya. Dengan jantung berdebar,
ia menarik napas panjang dan menghembuskannya. Ia maju ke depan dan menerima
surat serta mikrofon.
Ryo
memandang suratnya sendu. Melihat teman-temannya, lalu Daigo. Ada keraguan pada
tatapannya untuk membacakan hasil goresannya. Diam beberapa detik sembari Daigo
dan penonton sudah menunggu-nunggu.
“Ada
apa, Tsujimoto-kun?” tanya Daigo. “Orangnya tidak ada, kok. Baca saja.”
Hehe.
Biasanya, orang normal akan malu jika membacakannya langsung di depan penerima.
Masalah umum setiap sesi pembacaan surat untuk admired senpai, huh. Tapi tidak dengan Ryo. Ia menjauhkan mikrofon
dari mulutnya. “Sebenarnya ingin dia ada, Nishihata-kun.”
“UWOOO!”
Seisi aula langsung berteriak heboh. “Oi, oi, Tsujimoto! Berani sekali!” Beberapa
yang lain juga mengeluarkan seruan seperti itu. Di saat mereka tidak ingin
didengar langsung oleh tertuju, Ryo malah meminta sendiri kehadiran admired senpai-nya.
Daigo
pun tak kalah kaget, terlihat dari air mukanya, dan wajah yang sedikit maju. “Mau
dipanggil, serius?!” Ia masih tidak percaya Ryo punya keberanian sebesar itu.
Junior
angkatan 2015 tersebut mengangguk malu-malu tapi tersenyum mau dengan parasnya
yang sungguh polos dan little-brother-able.
“Ryuusei,
cepat panggil Ren!” Daigo buru-buru memerintahkan teman segrupnya di Naniwa
Ouji tersebut.
Untungnya,
Ryuusei duduk di dekat pintu aula. “Siapa?” tanyanya memastikan, refleks
berdiri. “Ren?!”
“Hai!”
Ryuusei
langsung berlari ke luar. Ia menemukan Kouji dan mengoperkan saja perintah itu
padanya. Tak ragu-ragu juga, dengan langkah seribu dan hitungan detik, Kouji
menuju homestay tempat Ren terlelap
dan segera mengguncang-guncang tubuhnya.
“REN!
REN! KEBAKARAN!”
Ren
membuka mata lebar dan melompat bangun dengan keadaan linglung. “APA? APA,
KENAPA?!” Ia menoleh ke segala arah dengan wajah kusut namun panik. “AKU SIAPA?
INI DI MANAAA?!” Mata mengantuknya yang dipaksa terbuka seketika menatap Kouji
lekat—meminta jawaban dan penjelasan.
“SEDANG
BERBUAT APA—Sudah, cepat sana ke aula!” perintah Kouji, setengah ingin tertawa,
setengah memaksa. “Ada junior yang ingin bertemu!”
“Hah?
Seriusan?” Karena masih setengah sadar dan terkaget-kaget, Ren malah
menghabiskan waktu. Kepalanya jadi sasaran jitakan Kouji karena koneksi
lemotnya—Ya, jelas saja dia penasaran. Habis terlarut dalam mimpi indah malah
dikejutkan dengan kebakaran, hm. “Iya, iya. Sebentar, cuci muka dulu!”
“Hayakuuu!”
Setengah
panik dan penasaran, Ren bergegas ke keran di toilet mini (?) samping aula dan
membasuh asal-asalan paras mulus nan tampan pemberian Dewa padanya sejak lahir
itu. Ia kemudian hanya mengusap-usap wajah dengan lengan sweater-nya. Alhasil, sesampainya di dalam aula pun masih basah di
beberapa titiknya.
“WAA,
NAGASE-KUN!”
Teriakan
demi seruan kembali terdengar. Wajar, baru kali ini mereka kedatangan senior
yang tidak terlalu kelihatan selama dua hari ke belakang.
Daigo
memulai ucapannya lagi. “Silakan dibaca, Tsujimoto-kun.”
Teman-teman
juniornya sudah mulai berbisik-bisik dan tertawa-tawa kecil. Banyak juga
tatapan menggoda karena Ryo berhasil berbicara langsung pada admired senpai-nya setelah hampir enam
bulan mengenal tanpa berkomunikasi secara langsung.
Ryo
tersenyum tipis, lalu mengangguk. “Untuk Nagase-kun. Terima kasih atas kerja
kerasnya! Walaupun kehadiranmu timbul-tenggelam di hadapan kami, tidak apa-apa.
Sebenarnya, agak sedih juga, sih, karena di lomba ketangkasan, Nagase-kun tidak
ada di lapangan. Tapi, saat lomba akrobatik, Nagase-kun ada dan masih menonton
saat giliranku. Lalu—”
“CIEEEE~!”
potong seluruh hadirin refleks. Daigo juga ikut senyum-senyum.
Menunggu
sampai hening lagi, Ryo memilih diam. Ia melihat tulisan selanjutnya untuk
dibaca. “Lalu, saat kami memenangkan lomba akrobatik pun masih ada. Sayangnya,
saat berkumpul di aula seperti ini, Nagase-kun jarang sekali ada. Paling kuat,
hanya duduk di sofa depan itu sebentar, kemudian pergi lagi. Entah sadar atau
tidak, sebenarnya aku—saya, sering curi-curi pandang hanya karena ingin
dinotis—”
“EEEIII~
RYOOO! HAHAHA!!”
Netra
Ryo menyipit. Senyumnya mendekati seringai. Antara malu dan kesal. Malu karena
kalimat barusan. Kesal karena lagi-lagi dipotong oleh teriakan mereka. “—ingin
dinotis, walau hanya dengan senyuman saja. Untungnya, di jurit hari pertama,
Nagase-kun tidak ikut menggedor-gedor kamar kami. Sampai di semua pos, dengan
kepo yang berlebihan ini, juga tidak ada. Sekalipun terus-terusan menunduk,
tetap bisa merasakan bahwa aura Nagase-kun tidak ada di sana. Jadi, wajah
mengantuknya tidak kelihatan.” Wah, bagus! Di saat Ryo saat ini sedang melihat
wajah mengantuk Ren! “Sekali lagi, otsukaresamadeshita!”
Ia mengakhiri kalimat surat dengan membungkuk.
Ren
turut membungkuk. Di benaknya mengalir ingatan tentang malam pertama, saat
jurit. Ia memang tidak ikut; Mengisi tenaga untuk patroli subuh setelahnya.
Kala itu, dari jendela homestay panitia,
ia melihat rentetan kejadian awal jurit. Gelap sekali. Senter-senter panitia
tak cukup menerangi untuk mengenali wajah seseorang yang belum dikenalnya. Ia
tersenyum saat tegak kembali.
“Dari
Ren, apakah ada balasan?” Daigo bertanya tanpa memakai mikrofon.
Senior
‘undangan’ itu menerima mikrofon dari Ryo. “Otsukaresamadeshita.
Tsujimoto-kun juga semangat, ya.” Ia membungkuk, Ryo juga.
“Foto!
Foto! Foto!”
Kouji
yang sedari tadi mengintip dari pintu melompat masuk ke aula dengan semangat
membara. Berdiri di tengah-tengah beberapa junior yang duduk lesehan, ia
mengintip dari balik lensa kamera. “Tsujimoto-kun, tolong ke kiri sedikit.”
Ryo
bergerak sesuai permintaan. Lengan yang terulur di lehernya membuat kaget
bagian dua. Ren merangkulnya. Oke. Tahan napas, Dek. Kami tahu perasaan
bahagiamu sungguh membuncah. Walau akhirnya senyum yang tercipta sedikit
canggung.
Sesudah
itu, Ren meninggalkan aula dan Ryo dipersilakan duduk kembali. Ia mendapat
banyak komentar dari teman-temannya. Tangannya masih dingin dan sedikit
bergetar, jika ia tidak mengepalkannya.
Kyohei
menggeser pantatnya mendekati Ryo. “Tsujimoto sugoii yo! Kalimatmu dalam juga, ya!” Ia meniru posisi duduk Ryo
yang memeluk lutut.
Dari
sebelah kiri, Michieda juga nimbrung. “Kalau aku, nggak tahu menulis apa,”
ceplosnya. “Seingatku hanya terima kasih dan terima kasih secara formal,
hahaha~”
Ketiganya
ikut tertawa. Ryo menimpali mereka dengan (berusaha) tenang. “Memang akunya
yang gereget, sih,” akunya. “Ternyata kalimat seperti itu bisa dengan mudah
menarik perhatian…”
“Sou yan!” Kyohei dan Michieda menyahut
serentak.
Mereka
menyaksikan kembali beberapa teman yang dipang—maksudnya, terpanggil untuk
membaca surat. Ada yang sok romantis—melebihi Ryo yang sesungguh estetik, ada
juga yang terlalu biasa, tapi ia bumbui dengan sedikit jokes hasil improvisasi.
Bahkan, ada yang tidak menaruh namanya tapi ketahuan juga dan terpaksa maju.
Oke,
kita berpindah ke luar aula.
Menguap…
lalu mengeluarkan air mata, karena masih sangat mengantuk. Ren duduk di lapangan
depan aula. Korneanya merah sekali dan kelopaknya ingin menutup saat itu juga.
Ketika Toma menghampiri, ia masih sibuk mengucek mata kanannya.
“Bagaimana
tadi?”
“Syok.
Gila.” Nada Ren datar, tapi Toma menyadari penekanannya. “Isi suratnya rinci
sekali. Sedikit strange juga.” Ia tak
menyangka akan mendapat perhatian sedalam itu dari Ryo. Namun, ia turut senang
sebab dirinya ada di dalam daftar admired
senpai oleh junior baru tersebut—padahal, dia sendiri juga masih belum
menemukan tanda-tanda akan debut.
“Enak,
dong. Kami-kami yang lain cuma diucapkan terima kasih normal,” timpal Toma.
Mata
Ren menyipit tidak senang. Awas, ketiduran! “Syukur ada yang ngucapin!” tegasnya.
Pasalnya, ia hampir putus harapan tidak akan menerima surat, sebab
kemunculannya yang sangat jarang.
“Hahaha,
gomen, gomen!”
SELESAI
Yang
agak tidak familiar sama Ryo Tsujimoto, bisa ditonton episode MaiJani tanggal
tayang 18 Januari 2015, judulnya “New Face” XD Satu angkatan, kok, sama Kyohei
dan Michie~ Dan saya sebenernya lupa mereka pada manggil Dek Tsuji (?) begimana
D:
OKE
MAAP NGGAK LUCU *bow* Niatnya memang mau nyerang si Ren, sih, hahaaa. Tadinya
juga mau di-publish ke net besok
untuk mengawali bulan Mei. Yasudlah, untuk mengakhiri April saja XD *halah*
Comments
Post a Comment