Pagi
![]() |
Pixabay.com/alohamalakhov |
Pagi-pagi, selalu ingin bangun jam 'tengah enam sampai enam kurang seperempat. Tapi karena kelelahan sebagai murid kelas 12, hanya sanggup membuka mata jam enam kurang lima.
Mandi dengan ogah-ogahan. Entah kenapa, sampai bulan Februari, air masih saja sedingin di daerah pegunungan. Padahal, waktu kelas 11 nggak sedingin ini. Sampai berinisiatif pakai selimut selama tidur malam, untuk membuat badan gerah—jika malam itu tidak hujan—dan berharap tidak merasakan dinginnya air waktu mandi pagi. Namun, cara itu tetap gagal. Bangun berkeringat, mandi tetap menggigil.
Selesai mandi, selalu berharap langit masih berwarna hitam pekat atau biru gelap. Gagal juga. Selalu saja langit sudah kebiruan laut seusai mandi. Harus cepat-cepat pakai baju.
Turun ke bawah, langsung sisiran dan ikat rambut. Keramas memang, tapi kebiasaan sejak SD tak terelakkan. Kuncir satu terus. Buat sendiri, jadi ada helai-helai yang mencuat. Terkadang dibuat Bos besar dengan model kepang tiga pilin. Lebih rapi, tentunya.
Buat susu sebagai pengganti sarapan. Pengganjal perut sampai jam satu seperempat siang. Jangan tanya; Bangun saja susah, toh mau bikin sarapan sendiri? Uh, malas.
Pakai atribut, dasi dan tali pinggang kalau putih-biru, tali pinggang saja untuk batik, tidak pakai kalau pramuka. Pakai sepatu, lalu meneguk susu.
Membangunkan saudara muda yang biasa mengantar, dengan perjuangan menahan emosi karena menunda-nunda waktu.
Di jalan, seringnya dingin dan segar. Benar-benar tidak seperti udara metropolitan. Ada sedikit yang beda. Jalanan tak terlalu lengang seperti dulu, saat masih rajin berangkat sebelum jam 'tengah tujuh.
Sampai di sekolah pun, sudah ramai siswa lain, sekalipun langit masih kebiruan muda-pucat, belum ada sinar fajar.
Mulai lah perjuangan singkat untuk mengerahkan tenaga. Tangan penuh. Tas berat. Tubuh kecil dan bungkuk. Semuanya akan menaiki tangga menuju lantai tiga. Yosh!
Di lantai dua setengah, biasanya jeda untuk mengatur napas. Tempo pelan si langkah kaki tak berkurang. Ketuk pintu, berjumpa dengan warga kelas yang masih sedikit, dan duduk terengah. Terima kasih, AC, atas angin dingin yang mencegah bulir keringat keluar.
11 April 2017
Comments
Post a Comment