Posts

Showing posts from 2017

KazuVeena and YatoHiyo

Image
WASSAAA xDD Actually my habit which finish an anime while it's been a long time after the actual final. Then, I just finished Noragami Aragoto on last December 4th. I did five episodes marathon before, because I'm bored typing and facing my tasks =A=' HEEEEREE IS THE SWEETIE SCENES I CAPTURED <3 YASSHH KAZUBISHA, OR KAZUVEENA? *okay, I turn off the capslock* Yah, I think KazuVeena is better because both is the human name(?). Bishamon-sama is really a lovely Kami who loves all of her shinkis. But at the same time has to guarantee all of their pains :") "Who I need is only Kazuma!" And Kazuma-san, is really a great blessed shinki >w< He tried hard to make Bisha proud of him for his useful navigation ability, to help other shinkis too~ Yahh, they are not canon yet, but I seem like seeing them happy together. Even just between Kami and shinkis, but it makes me glad enough to see them help each other X3 AND THIS IS IT!! ...

Dear Our J-ohnny's U-ltra M-usic P-ower...

FUTURE QUESTIONS FOR OUR ULTRA MUSIC POWER :")

Plesetan MasDarTop5 yang Sempat Dicatat

Pada mulanya, ada sebuah acara di radio Prambors. Namanya The Dandees, bisa didengar jam empat sampai delapan malam. Penyiar utamanya Darto-Danang, yang jadi host acara The Comment di Net TV. Tapi, mereka udah resign. Nah, sebelum mereka resign, di The Dandees ada sisipan acara (?) bertajuk ‘MasDarTop5’. Dari judulnya aja udah tau; Mereka bahas suatu judul yang berjumlah… sepuluh butir—Salah, lima butir lah. Setiap harinya di jam empat sampai lima DAN jam enam sampai tujuh. Mirip-mirip On The Spot di Trans 7 gitu lah. Namanya juga acara lawak, ya. Top5 itu dibuat bukan hanya untuk berbagi pengetahuan kayak di OTS. Mereka juga cari kesempatan buat berkomedi lah. Paling sering ya plesetan atau komentar-komentar lawak yang spontan. Nggak jarang saya dibuat ketawa sendiri kek orang stress kalo dengerin pake headset.

Pagi

Image
Pixabay.com/alohamalakhov Pagi-pagi, selalu ingin bangun jam 'tengah enam sampai enam kurang seperempat. Tapi karena kelelahan sebagai murid kelas 12, hanya sanggup membuka mata jam enam kurang lima. Mandi dengan ogah-ogahan. Entah kenapa, sampai bulan Februari, air masih saja sedingin di daerah pegunungan. Padahal, waktu kelas 11 nggak sedingin ini. Sampai berinisiatif pakai selimut selama tidur malam, untuk membuat badan gerah — jika malam itu tidak hujan — dan berharap tidak merasakan dinginnya air waktu mandi pagi. Namun, cara itu tetap gagal. Bangun berkeringat, mandi tetap menggigil. Selesai mandi, selalu berharap langit masih berwarna hitam pekat atau biru gelap. Gagal juga. Selalu saja langit sudah kebiruan laut seusai mandi. Harus cepat-cepat pakai baju. Turun ke bawah, langsung sisiran dan ikat rambut. Keramas memang, tapi kebiasaan sejak SD tak terelakkan. Kuncir satu terus. Buat sendiri, jadi ada helai-helai yang mencuat. Terkadang dibuat Bos besar dengan mod...

Malam

Image
Pixabay.com/PublicDomainPictures Malam di tahun terakhir bukan lagi kelam. Melainkan penuh akan peluh dari letih serta hasil kuras tenaga untuk usaha. Langit jingga sore nyaris tak pernah terpandang. Demi masa depan cerah. Sampai larut di tempat berjuang. Menerobos ketakutan akan ngerinya manusia-manusia gelap. Bersabar menunggu penjemput publik. Terlebih, menunggu diri ini. Tak bisa dipungkiri, kenyataan akan destinasi berlawanan lah memaksa kalian. Baik, sampai kapan pun itu. Sayang, selamanya akan begitu. Kebersamaan, yang menahan 'tuk menghapus. Lambai dan salam memisahkan. Sekitar ratusan kaki lagi harus melangkah. Muncul lagi ketakutan itu. Kemudian sadar akan jenis diri ini. Kodrat, lemah, dan harus dilindungi, malah menerobos lorong menyeramkan untuk meraih istananya. Punggung pundak memikul, kedua tangan memeluk, kaki tak jenjang, napas memburu — antara lelah dan takut — dan yang pasti harapan dan doa padaNya. Semua menemani. Alunan senandung lewat elektroni...

Merindumu

Image
Pixabay.com/Designer-Obst Ehm… Cuma mau bilang kalo aku kangen. Kangen dekat kayak dulu, akrab kayak dulu. Tapi apa boleh buat, kita dipisah sama satu tembok, tapi dampaknya terlalu besar. Kedekatan terakhir: minta tolong diberi sesuatu yang muncul per minggu. Sebagai ‘kakak’-mu, pelan-pelan aku menghentikan kebiasaan itu, karena kupikir itu namanya “nggak tahu diri”. Lagipula, di ‘lingkungan’-ku sudah ada yang bisa kumintai tolong, jadi kau nggak perlu repot-repot lagi. Tapi nggak kusangka, karena hal itu, kita jadi merenggang… Aku nggak masalah, sih, kau jadi harus lebih akrab sama mereka yang satu lingkungan denganmu. Itu wajib, ‘kan? (Untuk yang ke tiga kalinya,) Tapi, sosokmu jadi jarang terlihat olehku. Sekali lihat malah jalan berdua sama seorang lawan jenismu. Pas pulang dan jalan ke simpang. Duh, aku jadi nge-flashback waktu kelas sepuluh dan sebelas awal… Apa dia jadi ‘kakak’ barumu? Atau… teman spesialmu? Iya, iya, aku tahu dia sudah punya. Nggak menut...

Benci dan Kuat

Image
Pixabay.com/Fifaliana Kenapa ada orang yang membenci secara frontal? Kenapa ada orang yang dibenci secara frontal? Setidaknya, jaga perasaan itu lebih baik. Mungkin bisa dibilang juga munafik, tapi setidaknya, bisakah nggak membuat seseorang itu tertekan? Atau, memang yang dibenci itu lemah? Atau, memang saya yang kuat? Begini-begini, saya nggak ada yang benci, lho—Ralat, maksudnya, mereka yang membenci saya nggak memperlihatkan perasaannya. Hello, haha, orang berdosa seperti saya pasti ada yang benci, lah. Itu pasti, ‘kan? Bahkan, saya bisa tebak, dan SANGAT YAKIN dengan orang yang saya perkirakan ini. Erm, nggak perlu bahas orangnya, tapi bahas objek yang dibenci. Apa alasan mereka sampai begitu memperlihatkan diri untuk membenci? Takut tersaingi? Cih. Kalau mau bersaing, kenapa nggak menunjukkan kemampuan, tapi malah menjatuhkan lawan secara langsung? Kalau gitu namanya gulat, ‘kan? Bukan persaingan. Bedakan persaingan dan pertarungan. Dan lagi, kenapa o...