Indahnya Kalian

Kae Serinuma (Watashi ga Motete Dousunda!/Kiss Him Not Me!)

Koyuki Uzumaki (C) 1 Oktober 2015

Indahnya Dirimu (C) Hivi!

.

Hei, kau yang berdiri di sana.

Hei, kau yang di sana. Iya, kau yang sedang berbincang dengan teman lamamu. Kenapa kau nggak pernah sendiri? Kenapa kau selalu bersama teman-teman lamamu itu? Oh, ayolah. Kapan kau menyendiri? Di tangga, di depan kelas kita, di depan kelas temanmu itu, ah—

Eh, aku ingat kau pernah sendiri. Tapi… saat kau sedang memainkan gitar. Nah, nggak mungkin aku mengganggumu, 'kan? Please, deh. Ternyata bahaya juga kalau aku tiba-tiba menyapamu yang sedang sendirian. Huft.

Tahukah 'ku di sini penuh tanya?

—Err, bukan ingin bertanya, sih. Hanya… ingin… bertanya—Maksudku, aku ingin menanyakan sesuatu, bukannya penasaran tentang apa yang kaupikirkan tentangku, atau hal lain yang sering dipikirkan karakter utama cewek di manga-manga serial cantik mengenai teman sekelas cowok yang disukainya. Lagipula, kau bukanlah cowok yang kusukai. Kurang lebih seperti itu.

Oh, mengapa begitu sempurna,

Sempurna. Iya, sempurna. Kau tahu, nggak? Setiap aku melihat gambar itu di ponselku, aku selalu terbayang-bayang, sampai berteriak-teriak nggak jelas di dalam hati. Terkadang juga memekik pelan dengan nada berbisik di kamar mandi, di kamar tidur, bahkan di ruang tamu saat semuanya sudah terlelap. Ah, untung saja aku bisa mengendalikan diri. Hihihi, bohong. Emosiku juga sering lepas kendali. Tapi tetap bisa kutahan dengan menutup mulutku—Ya! Aku sadar, aku sering mendadak tersenyum sendiri, karena bayangan tentang itu tiba-tiba melewati pikiranku. Duh.

hingga detak jantungku berdebar-debar dengan begitu hebatnya?

Huaaah! Bukan, bukaaan! Nggaaak, nggak berdebar-debar! Ini... ini..., bukan bayangan tentang adegan cinta... tapi..., adegan yang berhubungan dengan cinta... Duh, mulai ngawur lagi! Aduuuh, bagaimana ini?

.

.

.

Angin seakan membawaku menghampirimu,

Du du du~ Aku keluar dari kelas dan... wah, kau sedang sendirian, ya!

"Pres!" seruku, seakan angin yang membawaku menghampirimu.

Kau langsung menoleh (bagus!), "Ada apa, Mei?"

Aku diam sejenak melihat wajah penasaranmu. Errr, aku harus bilang apa, ya? Ah, begini saja, "Aku terbayang-bayang terus, lhooo!" ucapku dengan senyum bahagia. "Astagaaa, aku berteriak-teriak sendiri di kamarku, kayak orang gila—ASTAGAAA!" Aku mengoceh terus sambil menutup-nutupi wajahku yang sedang... seperti fangirling-an.

Kau bingung, "Apa, Mei? Apanya yang terbayang olehmu?"

"Itu, lhooo. Adeganmu dengan uke-mu kemariiin!" ujarku sedikit memaksa agar kau ingat.

"Oh, aku dengan si Daniel?"

"Kau udah tahu arti 'seme', ya? Oh, iyaaa. Kemarin aku yang memberitahu. Ehehehe."

"..."

"Pres, bikin lagi, dong. Sekali lagi! Pleaaase!"

Kau langsung mencari uke-mu dan syukur seribu syukur, dia baru saja muncul dari tangga. Tanpa basa-basi, entah kenapa kau langsung memanggilnya dengan semangat. Entah kenapa juga, rasanya tubuhku memanas, ikut bersemangat. Aku sadar, aku mulai memasang senyuman yang nggak jelas maksudnya. Tapi, kau tahu, 'kan, senyumku itu punya arti. Aku juga tahu, kok, kau tahu arti senyumku itu.

demi satu niatku selalu menjagamu,

Ah, aku nggak berniat menjagamu. Tapi aku berniat untuk melihat kalian...

—KYAAA!

ASTAGAAA! Leher si Uke—Kau ikat di lenganmu, KYAAA, KEPALAMU DEKAT SEKALI DENGAN KEPALANYA, ASTAGAAA! WAJAH KALIAN DEKAAAT!

—MATAAA, DEKAAAT SEKALI! AAARGH, SALING TATAP-MENATAP, MAMPUUUS!

SUDAH, SUDAAAH, HENTIKAAAN—KALAU NGGAK, AKU MIMISAN, NIH.

"Is that enough, Mei?" Akhirnya, kau lepas juga tanganmu yang sok berlagak seme itu. "Kau udah senang, 'kan?" lanjutmu dengan senyum sok menghibur.

Dan... aku merasakan diriku masih tersenyum-senyum berseru 'astaga astaga' sambil menutup-nutup wajah dengan telapak tanganku lagi. Pas seperti yang kulakukan di rumahku saat aku sendiri.

tanpa tahu untuk apa 'ku membuang waktu.

Aku menarik nafas panjang lalu menghembusnya, "...Belum," jawabku dengan kejamnya. "Tapi... terima kasih, ya. Sebenarnya itu masih kurang."

Sungguh, saat itu nggak ada kejadian yang membuang waktu. Semua waktunya terpakai dengan sempurna. Oke, aku senang sekali. Senang! SENANG! Waktuku sama sekali tidak terbuang, setidaknya menurutku. Sekali lagi, tak ada yang percuma dari kejadian barusan.

.

.

.

Mungkin kejadian di atas nggak akan terjadi. Itu hanya bayangan harapan semata. Kau, 'kan, nggak pernah sendiri. Jadi, mustahil untuk membuatnya menjadi kenyataan. Kecuali... yah, nggak ada kecuali. Kita bukan teman dekat. Bukan teman sekelas dulunya. Kau dari kelas sebelah saat kelas sepuluh. Sekarang kita sekelas. Karena itu, aku merasa tidak berhak untuk mengganggumu saat kau sedang sendiri sekalipun.

Indahnya dirimu,

ingin s'lalu bersamamu di setiap waktu,

habiskan sisa hidup denganmu.

Bukan. Yang benar adalah: indahnya kalian berdua saat melakukan itu. Ingin sekali melihat kalian sering seperti itu. Aku... fujoshi? Ehm, aku hanya suka teman-teman sekelasku yang kujadikan sebagai pasangan boys love. Apa itu termasuk fujoshi? Kurasa bukan.

Menghabiskan sisa hidup dengan memikirkan kalian? Kurasa nggak juga. Aku punya pasangan favorit sebelum kalian. Bedanya, mereka susah untuk diajak melakukan fanservice. Kalian... mau-maunya disuruh oleh saya.

Andaikan dirimu dapat 'ku miliki sepenuhnya, seutuhnya,

Uwaaah, kalau kalian menjadi one-true-pairing-ku yang sepenuhnya dan seutuhnya, bagaimana, ya? Ahahaha. Nggak, lah. Aku sudah punya one-true-pairing. Bisa-bisa saja kalian membuat chemistry yang lebih 'wah' lagi. Mungkin one-true-pairing-ku yang sekarang akan tergeser oleh kalian..., ya?

'ku 'kan s'lalu ada 'tuk dirimu s'lamanya.

Ehm, ahahaha. Kalimat itu lebih cocok jika kalian yang mengatakannya satu sama lain.

Finished

Semoga nggak melanggar guidelines, ya TwT

Saya bikin pakai liriknya karena memang si Aku sedang terbayang lagunya itu TwT

Comments

POPULAR POSTS

Makalah Observasi "Harimau Sumatera"

Menunggumu (Naruto Fanfiction)

Koleksi Ke-random-an